Senin, 29 Juli 2013

Tertawa

Minggu kemarin kan aku ke gereja. Pelayanan juga. Kebetulan waktu itu pendeta yang menyampaikan khotbah itu sudah sering dateng ke gereja ku dan terkenal lucu dalam menyampaikan khotbahnya. Isinya sih biasa saja tentang mengikut Tuhan dan menjadi terang di tengah-tengah dunia. Yang membuatku terkesan bukan isi khotbahnya, melainkan ada kejadian lain di suasana ruang kebaktian yang membuat aku terkesan. Yaitu saat pendeta ini menyampaikan lelucon-leluconnya.

Saat itu aku duduk di baris kelima dari depan dan di samping depanku ada istrinya temennya papa dan mama yang kebetulan sebagai menjabat koor PaW gereja ku membawa anaknya yang masih balita. Kira-kira umur 1.5 tahun soalnya masih ga ngerti apa-apa dan baru bisa ngomong sepatah dua kata. Pada saat lelucon tentang khotbah dilontarkan oleh si pendeta, otomatis semua jemaat akan tertawa. Dan memang leluconnya sangat lucu sehingga membuat seluruh luar kebaktian terbahak-bahak. Tanpa disadari, si anak balita ini ikut tertawa juga. Aku yang pertama menyadarinya dan langsung ketawaku tambah kencang. Tapi aku berpikir, kok bisa anak balita yang masih belum ngerti apa-apa apalagi ngerti leluconnya si pendeta ini bisa ikut ketawa? Hipotesis ku menyimpulkan *sok ilmiah* bahwa si anak balita ini terpengaruh oleh orang sekitarnya yang juga tertawa.

Padahal sepanjang kebaktian si anak balita ini diam saja, tidak rewel atau nangis, juga tidak tertawa. Tapi begitu melihat dan mendengar seluruh orang tertawa, maka dia ikut tertawa. Ini membuktikan bahwa tertawa membawa efek positif dan sangat mudah mempengaruhi orang disekitarnya. Coba kalo iseng-iseng, ajak satu temanmu hadap-hadapan, mata dengan mata. Terus setelah beberapa detik cobalah tertawa pelan, kan nantinya temanmu juga ikut tertawa.

Tertawa beda dengan ekspresi lainnya seperti sedih. Sulit sekali orang untuk ikut sedih saat kita sedih. Lain halnya dengan tertawa. Gampang sekali untuk ikut tertawa saat orang lain juga tertawa. Kenapa sih tertawa ini kok gampang untuk "ditularkan"? Berikut adalah analisa saya :

Tertawa adalah salah satu wujud pencitraan dari buah roh yaitu Sukacita. Memang, orang yang belum percaya pun juga bisa ketawa, sebab manusia masih gambar dan rupa Allah. Buah, itu kan untuk dinikmati, kan yang menikmati bukan penghasil buah nya, tetapi orang yang mendapat buah itu. Kalo tertawa adalah buah roh, otomatis yang menikmati atau yang tertular adalah orang-orang di sekitar kita. Kalo boleh aku bilang, tertawa adalah buah yang paling banyak ditemui sehingga menjadi umum. *CMIIW ;)*

Dalam alkitab pun kita dianjurkan untuk tertawa, seperti dalam Amsal 17 : 22, "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang". Jadi inget kata orang-orang kalo tertawa itu menyehatkan jantung. Ketika seseorang tertawa, tubuh akan melepaskan neurontransmitter dan hormon yang dapat mengurangi hormon penyebab stress. Pada gilirannya, pelepasan ini membantu menurunkan tekanan darah. Saat tertawa, otot-otot seperti otot perut, wajah, kaki, dan punggung ikut bergerak. Selain itu, tertawa juga membuat paru-paru lebih berkembang sehingga lebih mudah bernapas.

Keinget juga cerita dari mama kalo papa nya temennya mama itu sakit kanker kalo ga salah *pokoknya penyakitnya ganas dan parah* dan divonis punya waktu hidup gak lama. Depresi dan stress karena dia hidupnya ga bakal lama lagi, dia akhirnya di rumah terus dan gak ngelakuin apa-apa. Tiap hari kerjanya nonton TV. Terus kan bosen nonton TV terus, akhirnya dia membeli DVD-DVD. Kebetulan dia beli DVD serial yang lucu *aku lupa judulnya* terus dia ketagihan nonton itu terus. Katanya dia kalo nonton itu ketawanya terpingkal-pingkal sampe jatuh dari sofa. Dia akhirnya tiap hari kerjaannya nonton DVD-DVD yang lucu-lucu. Terus ga terasa vonis waktu hidupnya kok udah lewat. Diperiksalah ke dokter dan hasilnya di luar perkiraan. Penyakitnya udah ga ada lagi alias sembuh. *WOW*

Jadi, ketawa itu sangatlah mudah. Cukup liat diri anda di kaca maka anda ketawa. *eh :P* Denger-denger malah ada terapi ketawa *aneh banget* supaya ga stress. Tapi, saran saya sih, ga usah pake terapi-terapi segala buat ketawa. Ketawalah seperti biasa. Pikirkan dan carilah lah hal-hal yang unik seperti yang aku lakuin. Intinya, tertawalah sebelum tertawa itu dilarang. *wkwkwkwkwk* Keep Smiling and Never Give Up. =) JBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar