Minggu, 14 Juli 2013

Road to Bronze ~ Part 1



Tahun 2010. Ya. Ini adalah tahun yang luar biasa sebab aku mengikuti perlombaan yang paling bergengsi di Indonesia (mungkin). Wkwkwkwk. Yaitu OSN atau Olimpiade Sains Nasional. Heheheheh.

Kembali  2 tahun sebelumnya, tahun 2008, saat awal-awal masuk SMA Petra 5. Ketika ditawari Pak Eko yang pada waktu itu menjabat sebagai wakasek humas untuk mengikuti pelatihan di litbang. Ada keinginan dalam diriku untuk ikut. Melihat ada teman-teman yang di suggest sama guru, aku jadi takut. Soalnya tidak di suggest ama guru. Heheheh. Akhirnya bersama Ncend, aku mendaftarkan diri ke Pak Eko.  Awalnya sih aku tertarik untuk mengikuti  bidang kebumian. Sayangnya, aku tidak tahu kalau ada pelatihan kebumian. Akhirnya aku masuk astronomi. Tapi ini mungkin sudah menjadi rencana Tuhan di hidupku.

Pertama kali masuk litbang, kita dikumpulkan di ruangan yang biasanya dipakai oleh anak-anak pelatihan biologi. Kita diberi penjelasan kenapa koq diadain pelaithan. Melihat ada yang dapat medali perunggu astronomi (ko Hans) yang juga ikut di pelatihan. Aku jadi ciut nyaliku. Heheheh. Aku jadinya mengikuti pelatihan dengan asal-asalan. Tapi begitu aku tahu kalau ada yang tereliminasi, aku jadi ikut peatihan dengan serius sampai pada akhirnya hanya tinggal 1 orgdr sekolahku yang mengikuti pelatihan astronomi, yaitu aku. Heheheh. Bersama Ncend dan monyet (edo), kita adalah trio macan yang bertahan di tengah arus persaingan di litbang. Wkwkwkwk.

Sampai pada hari di mana OSK 2009 diadakan, jujur, aku tidak belajar sama sekali. Aku tidak serius mengikuti OSK ini. Awalnya pada saat mengerjakan, aku sempat bingung, apakah diperbolehkan menggunakan kalkulator atau tidak. Akhirnya, aku memilih tidak menggunakan kalkulator. Aku ingat soalnya ada 50 dan kebanyakan aku ngawur menjawabnya. Heheheh. Dan hasilnya diluar dugaan. Aku masuk 10 besar, tepatnya peringkat 6. Di atas ce Stephanie Lukas (cece yang jg ikut OSK astronomi dari sekolahku. Berkat itu, aku menjalani pelatihan di Petra Manyar dengan Bu Maryam dan teman-teman yang masuk 10 besar (Randy, Liliana, ko Hans). Aku masih ingat, di sana untuk pertama kalinya, aku mengenal elips dan rumus-rumusnya. Wkwkwkwkwk.

Next. Aku mengikuti pelatihan lagi untuk kali kedua di litbang. Pertama-pertama, aku sudah dibebani oleh pak Herman, selaku wakasek humas yang baru untuk membimbing adik-adik kelasku dalam mengikuti pelatihan. Aku dianggap dewa e astronomi. Tapi, kenyataannya, aku tidak sehebat yang mereka pikirkan. Pelajaran elips yang merupakan dasar dalam mempelajari astronomi saja baru aku dapatkan. Aku merasa tertekan sekali pada awal-awal pelatihan. Dan. Di pelatihan, aku menemui orang yang tak kusangka-sangka, yaitu teman gerejaku yaitu Emeraldo. Bebanku terasa semakin berat saja.

Awal-awal pelatihan, kami bertiga (aku, randy, liliana) membuat para adik kelas terpesona. Di mana nilai tes mereka 30 atau 40 60 syukur-syukur, nilai kami 100, 90 kalo hogi. Wkwkwkwk. Itu disebabkan oleh Pembina kami yang selalu mengeluarkan soal yang sama tiap tahunnya dan randy membawa jawaban yang dia jawab tahun lalu. Heheheh. (pengakuan dosa). Wkwkwkwk.

Tapi, seiring berjalannya waktu, guru kami diganti dgn pak Aria. Pak Aria mengajarnya bagus dan kami diberi soal berkualitas. Heheheheh. Jadi, mau tidak mau, kami harus giat belajar. Heheheh. Sampai pada saat yang paling menentukan, yaitu OSK 2010.

Sebelumnya, di kebaktian remajaku, oleh kakak pembinaku yang pada waktu itu membawakan firman yang aku lupa apa judulnya. Aku tapi ingat apa yang kakak pembinaku katakana, yaitu jika kita menginginkan sesuatu untuk tercapai, kita harus minta pada Tuha n dan dengan iman dan setia harus berdoa agar keinginanku terkabul. Nah, pada waktu itu aku ingin agar aku mendapatkan medali OSN. Wah. Rasanya mustahil banget untuk meraihnya. Tapi ingat, bagi Tuhan tak ada yang mustahil. Sekitar kurang lebih 1 tahun aku mendoakan sampai pada waktu OSK.

Akhirnya. Sampailah kita pada saat yang berbahagia. Wkwkwkwk. 22 April 2010 OSK dimulai. Aku merasa aku siap dalam mengikuti OSK. Aku juga percaya kalau Tuhan pasti meloloskan aku sampai ke nasional. Tapi, kenyataannya tidak segampang itu. Aku dihadang oleh banyak tantangan yang sempat membuat aku down. Contohnya saat mengerjakan OSK. Di tepak pensilku hanya ada pensil, penggaris dan penghapus. Bolpennya tidak ada. Padahal mengerjakan OSK nya harus pakai bolpen. Meminjam dilarang. Aku sempat putus asa. Lalu aku berdoa pada Tuhan : Tuhan. Kalau misalnya Engkau tidak mengizinkan aku mengikuti OSN ya bilang dong Tuhan. Jangan biarkan aku tidak bisa mengikuti OSN dengan tidak lolos OSK tanpa mengerjakan satu soalpun. Tolong aku Tuhan! Aneh bin ajaib. Saat tengah-tengah mengerjakan. Guru penjaga di ruanganku meminta semua tas diletakkan di depan. Oh haleluya! Semua orang maju ke depan dan aku mempunyai kesempatan untuk meminjam. Thanks God. Akhirnya aku dapat mengerjakan soal OSK.

Sayangnya setelah keluar dari ruangan dan bertemu dengan anak-anak astronomi dari petra yang lain dan mencocokan jawaban, aku menyadari ada beberapa soal yang karena tidak teliti aku salah mengerjakkannya. Aduh! Pupus sudah harapanku mengikuti OSN sebab, tahun lalu, yang masuk OSP hanya peringkat 1-3 di OSK. Dengan beberapa kesalahan, aku menyimpulkan kalau aku pasti tidak dapat lolos OSP. Tapi, aku tidak berhenti berharap pada Tuhan walaupun secara de facto aku pasti tidak dapat masuk 3 besar OSK.

Tibalah hari di mana kita tahu siapa peserta OSP. Dan ada namaku di situ. Wow! Benar-benar tidak menyangka. Ternyata kami dipilih menggunakan passing grade, bkn 3 besar seperti tahun 2009. Aku bersyukur sekali bisa mengikuti OSP. Ini adalah OSP pertama dan terakhirku. Aku harus bisa menembus OSN.

Sebelum OSP, kita ada pelatihan di asrama haji, di sana kami bertemu dengan teman-teman se-jatim. Dan bisa mengetahui siapa yang menjadi lawan terberat.

3 Juni 2010. Hari yang juga menentukan. Kami bertanding di tingkat OSP. Sebelumnya, tanggal 2 Juni nya kami check in di Grand Park hotel, kami menginap di sana selama 1 malam. Di sana kami (yang dari Petra 5) berkumpul sendiri dalam 1 kamar. Heheheh. Tempat tidurnya kelihatan dipaksakan oleh panitia. Sebab, 1 kamar yang seharusnya diisi 2 orang, harus diisi 5 orang. Untungnya di kamarku cumin 4 orang. Dan ada ranjang yang atos. Wkwkwkwk.

Kami mengerjakan OSP dengan desperate. Soalnya yang keluar dalam essainya mayoritas adalah tata koordinat benda langit yang belum kami kuasai betul. Aaa. Pupus lagi harapan kami untuk OSP. Tapi, entah kenapa setelah OSP, aku tidak merasakan kesedihan atau desperate. Aku merasa tenang-tenang saja. Padahal, kemugkinan untuk tidak lolos jauh lebih besar daripada kemungkinan untuk lolos. Apalagi kita yang dari Jawa Timur harus memperebutkan kursi OSN dengan seluruh murid di Indonesia yang diambil dengan cara passing grade. Mungkin ini adalah firasat kalau aku akan lolos ke OSN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar