Tahun 2010. Ya. Ini adalah tahun yang luar biasa sebab aku
mengikuti perlombaan yang paling bergengsi di Indonesia (mungkin). Wkwkwkwk.
Yaitu OSN atau Olimpiade Sains Nasional. Heheheheh.
Kembali 2 tahun
sebelumnya, tahun 2008, saat awal-awal masuk SMA Petra 5. Ketika ditawari Pak
Eko yang pada waktu itu menjabat sebagai wakasek humas untuk mengikuti
pelatihan di litbang. Ada keinginan dalam diriku untuk ikut. Melihat ada
teman-teman yang di suggest sama guru, aku jadi takut. Soalnya tidak di suggest
ama guru. Heheheh. Akhirnya bersama Ncend, aku mendaftarkan diri ke Pak
Eko. Awalnya sih aku tertarik untuk
mengikuti bidang kebumian. Sayangnya,
aku tidak tahu kalau ada pelatihan kebumian. Akhirnya aku masuk astronomi. Tapi
ini mungkin sudah menjadi rencana Tuhan di hidupku.
Pertama kali masuk litbang, kita dikumpulkan di ruangan yang
biasanya dipakai oleh anak-anak pelatihan biologi. Kita diberi penjelasan
kenapa koq diadain pelaithan. Melihat ada yang dapat medali perunggu astronomi
(ko Hans) yang juga ikut di pelatihan. Aku jadi ciut nyaliku. Heheheh. Aku
jadinya mengikuti pelatihan dengan asal-asalan. Tapi begitu aku tahu kalau ada
yang tereliminasi, aku jadi ikut peatihan dengan serius sampai pada akhirnya
hanya tinggal 1 orgdr sekolahku yang mengikuti pelatihan astronomi, yaitu aku.
Heheheh. Bersama Ncend dan monyet (edo), kita adalah trio macan yang bertahan
di tengah arus persaingan di litbang. Wkwkwkwk.
Sampai pada hari di mana OSK 2009 diadakan, jujur, aku tidak
belajar sama sekali. Aku tidak serius mengikuti OSK ini. Awalnya pada saat
mengerjakan, aku sempat bingung, apakah diperbolehkan menggunakan kalkulator
atau tidak. Akhirnya, aku memilih tidak menggunakan kalkulator. Aku ingat
soalnya ada 50 dan kebanyakan aku ngawur menjawabnya. Heheheh. Dan hasilnya
diluar dugaan. Aku masuk 10 besar, tepatnya peringkat 6. Di atas ce Stephanie
Lukas (cece yang jg ikut OSK astronomi dari sekolahku. Berkat itu, aku
menjalani pelatihan di Petra Manyar dengan Bu Maryam dan teman-teman yang masuk
10 besar (Randy, Liliana, ko Hans). Aku masih ingat, di sana untuk pertama
kalinya, aku mengenal elips dan rumus-rumusnya. Wkwkwkwkwk.
Next. Aku mengikuti pelatihan lagi untuk kali kedua di
litbang. Pertama-pertama, aku sudah dibebani oleh pak Herman, selaku wakasek
humas yang baru untuk membimbing adik-adik kelasku dalam mengikuti pelatihan.
Aku dianggap dewa e astronomi. Tapi, kenyataannya, aku tidak sehebat yang
mereka pikirkan. Pelajaran elips yang merupakan dasar dalam mempelajari
astronomi saja baru aku dapatkan. Aku merasa tertekan sekali pada awal-awal
pelatihan. Dan. Di pelatihan, aku menemui orang yang tak kusangka-sangka, yaitu
teman gerejaku yaitu Emeraldo. Bebanku terasa semakin berat saja.
Awal-awal pelatihan, kami bertiga (aku, randy, liliana)
membuat para adik kelas terpesona. Di mana nilai tes mereka 30 atau 40 60
syukur-syukur, nilai kami 100, 90 kalo hogi. Wkwkwkwk. Itu disebabkan oleh
Pembina kami yang selalu mengeluarkan soal yang sama tiap tahunnya dan randy
membawa jawaban yang dia jawab tahun lalu. Heheheh. (pengakuan dosa). Wkwkwkwk.
Tapi, seiring berjalannya waktu, guru kami diganti dgn pak
Aria. Pak Aria mengajarnya bagus dan kami diberi soal berkualitas. Heheheheh.
Jadi, mau tidak mau, kami harus giat belajar. Heheheh. Sampai pada saat yang
paling menentukan, yaitu OSK 2010.
Sebelumnya, di kebaktian remajaku, oleh kakak pembinaku yang
pada waktu itu membawakan firman yang aku lupa apa judulnya. Aku tapi ingat apa
yang kakak pembinaku katakana, yaitu jika kita menginginkan sesuatu untuk
tercapai, kita harus minta pada Tuha n dan dengan iman dan setia harus berdoa
agar keinginanku terkabul. Nah, pada waktu itu aku ingin agar aku mendapatkan
medali OSN. Wah. Rasanya mustahil banget untuk meraihnya. Tapi ingat, bagi
Tuhan tak ada yang mustahil. Sekitar kurang lebih 1 tahun aku mendoakan sampai
pada waktu OSK.
Akhirnya. Sampailah kita pada saat yang berbahagia.
Wkwkwkwk. 22 April 2010 OSK dimulai. Aku merasa aku siap dalam mengikuti OSK.
Aku juga percaya kalau Tuhan pasti meloloskan aku sampai ke nasional. Tapi,
kenyataannya tidak segampang itu. Aku dihadang oleh banyak tantangan yang
sempat membuat aku down. Contohnya saat mengerjakan OSK. Di tepak pensilku
hanya ada pensil, penggaris dan penghapus. Bolpennya tidak ada. Padahal
mengerjakan OSK nya harus pakai bolpen. Meminjam dilarang. Aku sempat putus
asa. Lalu aku berdoa pada Tuhan : Tuhan. Kalau misalnya Engkau tidak
mengizinkan aku mengikuti OSN ya bilang dong Tuhan. Jangan biarkan aku tidak
bisa mengikuti OSN dengan tidak lolos OSK tanpa mengerjakan satu soalpun.
Tolong aku Tuhan! Aneh bin ajaib. Saat tengah-tengah mengerjakan. Guru penjaga
di ruanganku meminta semua tas diletakkan di depan. Oh haleluya! Semua orang
maju ke depan dan aku mempunyai kesempatan untuk meminjam. Thanks God. Akhirnya
aku dapat mengerjakan soal OSK.
Sayangnya setelah keluar dari ruangan dan bertemu dengan
anak-anak astronomi dari petra yang lain dan mencocokan jawaban, aku menyadari
ada beberapa soal yang karena tidak teliti aku salah mengerjakkannya. Aduh!
Pupus sudah harapanku mengikuti OSN sebab, tahun lalu, yang masuk OSP hanya
peringkat 1-3 di OSK. Dengan beberapa kesalahan, aku menyimpulkan kalau aku
pasti tidak dapat lolos OSP. Tapi, aku tidak berhenti berharap pada Tuhan
walaupun secara de facto aku pasti tidak dapat masuk 3 besar OSK.
Tibalah hari di mana kita tahu siapa peserta OSP. Dan ada
namaku di situ. Wow! Benar-benar tidak menyangka. Ternyata kami dipilih
menggunakan passing grade, bkn 3 besar seperti tahun 2009. Aku bersyukur sekali
bisa mengikuti OSP. Ini adalah OSP pertama dan terakhirku. Aku harus bisa
menembus OSN.
Sebelum OSP, kita ada pelatihan di asrama haji, di sana kami
bertemu dengan teman-teman se-jatim. Dan bisa mengetahui siapa yang menjadi
lawan terberat.
3 Juni 2010. Hari yang juga menentukan. Kami bertanding di
tingkat OSP. Sebelumnya, tanggal 2 Juni nya kami check in di Grand Park hotel,
kami menginap di sana selama 1 malam. Di sana kami (yang dari Petra 5)
berkumpul sendiri dalam 1 kamar. Heheheh. Tempat tidurnya kelihatan dipaksakan
oleh panitia. Sebab, 1 kamar yang seharusnya diisi 2 orang, harus diisi 5
orang. Untungnya di kamarku cumin 4 orang. Dan ada ranjang yang atos. Wkwkwkwk.
Kami mengerjakan OSP dengan desperate. Soalnya yang keluar dalam
essainya mayoritas adalah tata koordinat benda langit yang belum kami kuasai
betul. Aaa. Pupus lagi harapan kami untuk OSP. Tapi, entah kenapa setelah OSP,
aku tidak merasakan kesedihan atau desperate. Aku merasa tenang-tenang saja.
Padahal, kemugkinan untuk tidak lolos jauh lebih besar daripada kemungkinan
untuk lolos. Apalagi kita yang dari Jawa Timur harus memperebutkan kursi OSN
dengan seluruh murid di Indonesia yang diambil dengan cara passing grade.
Mungkin ini adalah firasat kalau aku akan lolos ke OSN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar