Semua itu
dimulai ketika kicauan burung menandai datangnya matahari pagi. Aku berjalan
kaki dengan letih lesu menuju tempat dimana akan kuhabiskan waktu 3 tahunku,
SMA Mentari. Cahaya matahari pagi membuatku menutup mata sepanjang perjalanan.
Tapi.. Ah. Bahasa ini terlalu ber-sastra. Gak enak jadinya. Aku pakai bahasaku
saja yah. FYI, rumahku dan SMA Mentari cuman berjarak 100 meter, jadi aku gak
perlu naik angkot atau motor untuk mencapai sekolahku. Cukup kepeleset saja
sudah sampai ke sekolah. Wkwkwkwk.
“Cent!!!
Sini-sini” seseorang memanggilku.
Suaranya yang
khas terdengar tidak asing bagiku. Ah ternyata yang memanggilku adalah temanku
sejak SMP, Albert.
“Apaan Bert?”
“Sini-sini. Kamu
di sini” sambil mendorong di pundakku dari belakang.
Dan
sial, tepat setelah dia berkata seperti itu, kepala sekolah datang dan
memberikan sambutan. Lebih sial lagi aku berada di barisan paling depan. Sialan
kau Albert. Akhirnya dengan mengantuk aku mendengar celotehan kepala sekolah
yang baru bagiku itu.
“Oi
bangun!!! Bisa-bisanya kau tidur sambil berdiri. Aku perlu belajar banyak sama
kamu. Huahahahaha.” Tawa Albert membangunkan mimpi indahku.
Sial
banget hari ini, udah masuk sekolah, di barisan paling depan, mimpi indahku
buyar gara-gara ketawanya Albert yang khas. Aaaaargh~ Kesialan-kesialan apalagi
yah yang bakal menantiku di hari ini. Segera setelah Albert membangunkanku,
kita semua para siswa baru masuk ke sekolah dan ke kelas nya masing-masing.
Sial
pula kenapa kelas 10 harus berada di lantai 4!!!! Tapi gapapa deh,
hitung-hitung olahraga juga. Dan tanpa sengaja aku berteman my “Lost Friend”
yang batang hidungnya menghilang sejak lulus SD. Aku recognize dia dari jam
tangan emas nya yang khas dan tidak berubah dahulu, sekarang, dan
selama-lamanya.
“Lo
Franz kan?”
“Iya.
Gue Franz, lo sapa?”
“Sumpah??
Kagak ingat lo?? Gue Vincent. Teman sepermainan lo sejak SD. Lo ke mana aja
bro??” sambil kurangkul pundaknya.
“Vincent
sapa? Seingat gue Vincent muka nya gak sejelek lo”
“Asem
lo Franz”
“Ngapain
logatnya ganti lo-gue kayak anak Jakarta aje. Sok-sok an gaul lo pada” kata
Albert sambil meletakkan tas nya di depan bangku ku.
“Oiya
Bert. Kenalin, ini Franz. Lost Friend ku yang sekarang has found”
“Franz
Beckenbauer”
“Kamu
Franz Beckenbauer?? Kalo gitu aku Albert Einstein”
“Eh.
Seriusan. Namaku Franz Beckenbauer Sudjiono”
“Oh.
Blasteran Jerman Jawa?”
“Enak
ae. Kulo asli jowo leee. Masio onok keturunan Cino e.”
“Udah
udah. Kamu kazi lah namamu ke Franz.” sambil aku menepuk kepala Albert.
“Kenalin,
aku cowok keren Albert Leonardo”
“Yang
metroseksual dan homo. Ati-ati kamu Franz. Jangan kazi nomor hapemu ke orang
ini. Nanti kamu dideketin lagi sama dia” timpalku
“Enak
ajee. Kamu kan homo an ku” balas Albert sambil mencoba menciumku.
Sontak
langsung aku lari terbirit-birit begitu dia mau menciumku. Si Albert juga
mengejar-ngejar aku dengan gaya bencong khas nya. Sialan si Franz cuman nyengar
nyengir doank gak bantuin aku. Alhasil aku olahraga lari pagi keliling kelas di
hari pertamaku masuk kuliah. Baru bisa berhenti waktu wali kelas ku sudah masuk
dan membacakan apa saja yang perlu di bawa sewaktu MOS. Bagi yang gak tau MOS,
itu adalah Masa Orientasi Sekolah di mana kita dimarahin dan dikerjain sama
kakak OSIS. Itulah sebabnya kenapa aku gak mau jadi OSIS. Ribet. Entah kenapa
juga si Franz malah mau jadi OSIS. Dia bilang sih waktu SMP dia jadi ketua OSIS
SMP nya –walaupun gabut-.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Langsung
Fast Forward karena selama MOS tidak ada hal yang mengesankan selain kita
bertiga dikerjain terus sama OSIS. Yah akhirnya MOS sudah berakhir. Ohya. Aku
juga berkenalan dengan beberapa teman baru yang bakalan jadi teman se-geng ku.
Ada Randy yang tidak bisa menyebut namanya sendiri karena pelat. Ada Brian, si
mantan murid SMP nomor 1 di kotaku yang sudah terbuang. Kemudian ada Andre yang
paling jenius di antara kita, tapi di bawahku sih kepintaranya. Kita berenam
selalu nge-geng bareng selama SMA. FYI, kita semua jones.
Ada
satu lagi yang gak kuceritakan selama MOS, yaitu entah kenapa aku jadi ketua
kelas. Begitu namaku, Vincent Natanael disebut sebagai calon ketua kelas, entah
kenapa seluruh kelas bersorak gembira. Mungkin karena aku terkenal selama SMP
Mentari. Maklum kebanyakan murid SMP Mentari lanjut ke SMA Mentari, jadi banyak
yang sudah kenal meskipun ada beberapa murid baru. Tapi alasan sebenarnya
adalah mereka telah menemukan tumbal kelas yang baru yaitu AKUUU!!! OMG!!
Siaaallll!!!!
Atau
tidak sial yah. Kan kebetulan setelah MOS ada tugas disuruh ngumpulin fotokopi
ijazah SMP. DAN.. Ada satu cewek baru di kelasku –walaupun sebenarnya ada
banyak- yang berhasil memikat mataku. Dari atas ke bawa selama MOS kuperhatiin.
Wuiiihh. Mantap bossss. Apalagi dia pakai Glasses dan semua cewek di MOS
disuruh Ponytail. Aaaaarggh~ kenapa tidak aku foto dia waktu MOS???
Balik
lagi, waktu ngumpulin ijazah, aku ambil tuh fotokopian ijazah punyanya dia.
Sekalian kepo-kepo dan modus. Mumpung ada jabatan ketua kelas. Hihihihi. Anjir.
Nih cewek otaknya encer juga. Gila! UNAS nya ada yang 100!!! Aku aja UNAS ku
gak ada yang 100 –walaupun adanya nilai 95 dan 97.5- Tapi kalo dilihat-lihat modelannya sih
kelihatan kalo dia emang rajin dan pintar.
Ternyata
ponytail itu adalah khasnya dia. Walaupun sudah selesai MOS, rambut yang
berwarna coklatnya tetap ponytail. Aaaah. Segar mataku melihatnya. Tingginya
sudah memadailah, cuman selisih 10 cm dari aku yang tingginya 172 cm. Pas lah
kalo misalnya aku jalan sama dia kecuali kalo dia pake high heel 11 cm. :/
Walaupun sedikit kurus, bajunya yang dimasukkan rapi seperti model murid
teladan ditambah dengan kulitnya yang putih, matanya yang sipit, lesung pipinya
saat tertawa, dia terlihat perfect di mataku. Apalagi waktu kuperhatikan saat
dia mendengarkan guru menerangkan sambil memegang pensil dan meletakan
pensilnya dimulutnya. Awwwww~ So Cutieeeeee. I want to be your BF, babe.
Mmmmmmuuaaah.
“WOI!!!
Somebody help me!!! Vincent mau cipok akuuuu!!!!”
Sontak
aku kaget mendengar ada teriakan di samping kananku. Mataku sedikit buram tanpa
kacamata, kucoba pakai kacamataku dan melihat. Ternyata si Brian teriak-teriak
minta tolong karena mau ku cipok. Astaga aku ternyata tadi ketiduran sampai
waktu istirahat.
“Cent,
kalo kamu mau cipok, sini aku aja” kata Albert sambil meraba-raba pundakku.
“Enak
aja!! Aku masih normal tau. Gak kayak kamu”
“Nolmal
ya nolmal. Tapi ya gak cium-cium Blian kaliiii” balas Randy dengan omongan
pelatnya.
“Astaga
Vincent. Aku kira keperawananku bakal hilang hari ini” sambil Brian
mengelus-ngelus dadanya. “Kamu emang di mimpi mau cipok sapa?? Albert???”
“Ya
keleusss. Aku normal kali. Aku suka cewek.”
“Yo
ngerti brooo. Aku yo seneng mbe wedhok. Tapi sapaaaa? Mungkin kita-kita bisa
bantu kamu jadian. Biar gak ada kasus kayak aku lagi”
“Gak
ada koq. Blom ada” tapi pandanganku tertuju sama cewek ber-ponytail itu.
Sialnya entah kenapa aku punya teman sepintar Andre yang bisa melihat
tingkahku.
“Kamu
suka dia?” sambil si Andre nunjuk cewek yang kupelototin itu.
“Could
you imagine how adorable she is?” kataku sambil menghela nafas.
“Ciyeeeeeeeee!!!”
kata 5 orang sialan itu bersamaan sehingga seluruh kelas memperhatikan kita
termasuk that adorable ponytail girl.
“Apaan
sih??? Wes wes. Bukan saatnya aku berpacaran. Aku masih too young and too
inexperience.”
“Bro.
Kalo gak sekarang kapan lagi?” Franz yang daritadi hanya menyimak sudah mulai angkat
suara. “Lo punya keberanian gak? Cowok diukur gentle nya saat dia menghadapi
hal yang diinginkannya. Seberapa jauh dia ingin mendapatkan hal tersebut”
“Hmmmm-ehmmmmm”
4 orang sialan lainnya membalas dengan mengangguk-angguk dan menggaruk dagu
mereka yang belagu sambil pura-pura sok bijak.
“Mendingan
main Cap Sa deh sekarang. Kita kurang 5 menit lagi udah masuk”
“Ciyeee
mengalihkan topik” balas Albert sambil mengeluarkan kartu reminya.
Tapi beneran lho. Aku suka sama tuh
cewek. Pas banget rasanya buat aku. Tapi, aku gak mau terburu-buru. Aku harus
bawa ini ke dalam doa terlebih dahulu. Apakah dia yang dipersiapkan Tuhan untuk
jadi pasangan hidupku. Aku tidak boleh gegabah dan tidak boleh membiarkan
perasaanku mendominasi hati dan pikiranku. Btw, namanya Chris, Christine
Marcellina. Itu, cewek ponytail tadi.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Okay
everybody. Sekarang kalian buat kelompok ber-10 orang. Kita ada project untuk
pelajaran ini. Kalian akan membuat film dengan dialog full English. Temanya
terserah kalian dan kalian punya waktu 1 bulan untuk menyelesaikannya.” kata
guru pelajaran English Conversation ku sambil membereskan barang-barangnya
karena jam pelajaran sudah habis.
“Bert,
Ren, Franz, Ndre, Yan. Kita sekelompok aja. Tinggal nyari cewek 4 orang. Aku
gak mau film kita cowok jones semua”
“Entar
yak” kata si Brian sambil ngacir ke tempat lain. Eh ternyata dia ngajakin si
Chris dan geng nya. Astaga Brian, lo emang LAKI banget.
“Udah.
Kita joinan sama si Chris, Cynthia, Sam, dan Susan” kata Brian dengan
santainya. Rasanya beneran ingin ku cipok si Brian ini. You are by brother
brooo!!
Singkat cerita
kita ber-10 waktu jam istirahat ngobrol membahas project ini. Ini aku kenalin
sama cewek-cewek nya. Chris, cewek ponytail yang baik hati, rajin dan pintar,
calon istri idaman Vincent. Samantha atau Sam, cewek alay yang suka selfie dan
bolak-balik selfie sama Andre and I smell modus here hmmhmmhmm. Lalu ada Susan,
the beautiful one –kata orang- dia smart, dilligent, and cool. Tipe cewek yang
bisa buat cowok klepek-klepek. Sifat cool nya semakin membuat dia dikejar-kejar
sama cowok, baik senior ataupun yang masih SMP. Si Randy dan Brian berlomba
mendekati dia tapi gagal terus karena selalu kehilangan topik dan si Susan nya
terlalu pasif. Entah kenapa tapi dia suka tersenyum ke aku. Yang terakhir
adalah Cynthia, BF nya Chris. Kayak nya aku harus mendekati Cynthia terlebih
dahulu sebelum aku mendekati Chris. Karena si Cynthia talkative banget
orangnya. I know Chris is also talkative, but I mean, she is not as talkative
as Cynthia. Dia rame banget orangnya. Kayaknya bakalan jadi pasangan yang
sepadan sama Franz yang sok cool.
“Baiklah.Cowokss.
Kita mulai darimana ini? Apakah dari tema nya atau settingnya kah. Ah. Aku tau.
Kita tentuin dulu ketua kelompoknya. Dari cowok aja deh. Eh sebaiknya cewek aja
deh. Soalnya cowok kan malez-malez. Oh sorry, I know Andre kamu rajin. But
really, apakah kalian berenam serajin Chris or Susan? Ah come on. No one
answer? Aku tau kalian tidak bisa mengalahkan mereka berdua. Wahahahaha. Okay
back to the topic, jadi kita memilih ketua kelompoknya antara Chris or Susan?
Let’s see..”
“Cynthia.
Plissss. Kalo ngomong ada jedanya donk” potong Albert. Lama-lama telingaku
bising mendengar suaramu.
“Suaraku yang
merdu ini kau bilang bising?? Cowok macam apa kau??? Huh!! Gak bisa
memperlakukan cewek sebagai..”
“Udah Ciiin. Aku
juga sumpek mendengar kamu ngoceh terus” potong Chris. “Lebih baik kita lanjut
diskusi siapa ketua kelompok nya aja. Aku sih lebih milih cowok. Masa cewek
disuruh jadi memimpin?”
“Iya. Cowok aja.
Kan kalian calon kepala rumah tangga. Ahahahaha” Sam menimpali sambil tertawa.
“Ogah ah. Betul
Cynthia. Kita terlalu malas untuk jadi pemimpin. Kalian para cewek aja.” kata
Brian.
“Benel kata
Blian. Aku gak cocok jadi leadel”
“Leader kali
Reeeen” balas Andre
“Iya. Leadel
maksudku.” Berkat ucapan Randy, kita semua tertawa terbahak-bahak di tengah
diskusi yang “panas” ini.
“Udah lo aja
Chris yang mimpin.” kataku sambil sok cool.
“Iya Chris aja cocok.
Dia lebih bisa ngomong daripada Susan” Albert menambahkan.
“Aku juga setuju
sama Vincent dan Albert. Kamu aja jadi ketua kelompoknya. Tenang gak usah
kuatir. Aku bantu koq.” Cynthia ikut menimpali.
“Siapa setuju
Chris?” Aku langsung bertanya secara spontan dan semua orang mengangkat
tangannya kecuali Chris yang muka nya langsung masam but I don’t know, why muka
masamnya terlihat seperti malaikat bagi aku.
Akhirnya Chris
menjadi ketua kelompokku. Dia mengkoordinasikan kita, mengambil keputusan,
hingga menengahi Albert dan Cynthia yang sering bertengkar dengan baik. I know
she is a good leader, hanya saja dia gak pede. Aaah~ I wonder if she want a man
like me yang childish. Dia begitu dewasa dan perfect. Dan tiba-tiba bunyi LINE
yang khas membuyarkan lamunanku. Ah. Ternyata Chris PM aku. Wow. Ada apaan ini?
Kubuka langsung message nya.
“Cent. Kita bisa
latihan di rumahmu?”
Yesssssss!!! I
know that God will make a way!!! I think, this is the chance that I have
waiting for. Langsung saja kubalas tanpa berpikir lama.
“Alright. Kita
bisa latihan film di rumahku. Perlu kah kusiapkan kameraku untuk merekam
langsung?”
“Ngggg. I don’t
think we are ready for that. But it’s worth a try =)”
“Okay. Consider
it done ;)”
“Thankyou
Vincent. JBU”
“JBU too Chris”
Yessssss!!!
Chris mau ke rumahku. Maksudku Chris dan teman-temanku yang lain. Ahahahaha.
Maaf kebawa suasana. :P Aku langsung bilang ke mama ku kalo besok ada latihan
di rumah. Setelah mendapat restu aku langsung PM ke Chris.
“Chris. Besok
jadi yah latihan di rumahku habis pulang sekolah”
“Bilang aja di
grup kalo kita jadi”
“Ah gak enak
lah. Kan kamu leader nya. Kamu yang bilang yah yah yah?”
“Iyaaa deh”
“Lagi ngapain
Chris?”
“Belajar”
“Ciyeee belajar
terus. *peace* ”
“Kan 2 hari lagi
Ulangan Matematika. Hehehe. Kamu gak belajar apa?”
“Ngggg. Apa yang
perlu dipelajari yah matematika itu? Aku gak ngerti jadinya aku gak pernah
belajar deh waktu ulangan”
“Hah? Kamu jadi
selama ini gak pernah belajar??? :O”
“Iya. UNAS pun
aku gak belajar. *grin*”
“Dasar orang
pintar. Hehehehe. *peace*”
“Ah. Kamu juga
pintar koq. *blush*”
Dan percakapan
itu berlanjut hingga tengah malam sampa si Chris terlelap sedangkan aku tidak
bisa memejamkan mata saking bahagianya bisa chatting sama Chris. OMG. God!!
You’re the BEST!!!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Eh
Chris. Tolong dong jelasin script ini maksudnya gimana yah? Aku harus gimana
yah?” tanya Albert yang langsung dijelasin sama Chris.
Melihat
itu aku yg awalnya cuek-cuek aja mulai merasa risih. Gak di sekolah, gak di
rumahku koq kayaknya si Albert caper banget sama Chris. Mungkin dia juga suka
sama Chris. Ah. Gak mungkin tapi. Dia tahu kalo aku suka sama Chris koq. Albert
BF ku, gak mungkin dia stab aku dari belakang.
“Vincent”
suara yang gentle dan lembut membuyarkan lamunanku.
“Iya
Susan ada apa?”
“Kamu
sedang berpikir apa?” sambil duduk di sebelahku
“Bukan
apa-apa koq” setelah hening beberapa saat aku memulai pembicaraan kita yang
sedikit awkward. “Aku mau tanya menurut pendapatmu. Kamu liat nda mereka
berdua?” sambil kutunjuk Albert dan Chris.
“Hm-mm”
“Menurutmu
Albert suka gak sama Chris. Hehehehe” sambil pura-pura ngegosip padahal dalam
hati lagi panas.
“Dari
gerak-geriknya Albert sih iya.”
“Hmmm.
Gitu yaaa? Wah ada bahan gosip baru nih. Huehehehe” sambil kugosokkan kedua
tanganku.
“Cowok...
itu suka gosip ternyata”
“Errrgh.
Bukan gosip sih tapi bullying lebih tepatnya mungkin. Emang kamu nda suka
ngegosipin orang apa?”
“Aku....
tidak tahu apa yang harus digosipkan”
“Well,
now you know one” sambil kukedipkan satu mataku dan cabut dari situ.
“Tunggu”
Susan menarik bajuku. “Mau ke mana?”
“Nongkrong
tuh sama anak-anak lain di sana. Ayo ikut.”
Akhirnya
aku dan Susan ikut nimbrung dengan anak-anak lain dan mempunyai bahan gosipan
yang baru di sela-sela waktu Sam yang sibuk selfie dengan kita semua. Kita
membicarakan dan menonton Albert dan Chris seperti FTV. Kita tertawa cekikikan
termasuk aku juga. Sebenarnya, It’s hurt you know.
“Vincent”
Susan memanggil
“Hah?”
“Kamu
kenapa? Tertawamu... tidak seperti Vincent”
“HAH?????”
Aku melongo
“Ciyeee
ada yang diperhatiin sama bidadari niyee” goda Brian.
“Wah-wah-wah.
Ternyata kita dapat 2 gosip guys!” Andre menambahkan.
“Sumpah
Saaaann??? Kamu suka sama Vincent??? Aku dengar dia itu aneh, childish, freak.
Kamu itu kayak bidadari yang jatuh dari langit. Kamu butuh orang yang lebih
pantas dari dia. Apalagi dia rambutnya tuh. Hiiiyyyy. Not fashionable banget.
Kayak sapu aja rambutnya. Denger-denger tuh dia gak pernah keramas. Teruss...”
“Cin.
Plis deh. Kalo mau ngomongin aku jangan di depanku donk”
“Ember
banget mulutmu Cin. Alay beuudtz” timpal Sam
“NGACA
SAM!!!!” kita semua teriakin Sam setelah dia ngomong gitu.
“Aku..
Aku.. Aku kan tidak alaaaay.” Kata Sam dengan muka innocent.
“Kamu
gak alaaaay koq Sam. Tapi UUAAAAALAAAAAY” balas Franz sambil memutar-mutar
kepalanya sewaktu ngomong Alay.
Pecahlah
suasana saat itu. Kita tertawa terbahak-bahak tak menghiraukan “FTV” yang
sedang berlangsung di sana. Mood booster banget obrolan ini. Untuk sejenak
hatiku yang panas bisa diredam. Tapi aku tahu, suatu saat aku harus
menyelesaikan ini dengan Albert.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“This
is a good movie. Alright, you get A”
“Ah
beneran ma’am? Itu lho kita ngerekamnya goyang-goyang” tanya Andre gak percaya.
“Kalo
kamu gak percaya, ma’am ubah nilainya jadi B lhoo”
“Jangaaaan
Ma’aaaaam!!” sahut kita serempak.
“Thankyou
ya ma’am” kata Susan sambil sedikit menundukkan kepala.
“THANK
YOUUU MA’AAAAM!!” sambung kita semua dengan serempak.
Wow.
Aku gak nyangka movie kita dapet nilai A. Padahal secara kualitas movie nya,
you know, it’s not worthed to watch. Tapi aku rasa sih Ma’am menilai dari
conversation yang kita lakukan selama film. Emang sih aku akui, di kelompok
kita banyak yg jago bahasa Inggris kayak Susan dengan logat british nya yang
kental atau Chris yang pintar bahasa Inggris tapi susah dalam conversationnya.
Anyway, I’m good too. Ditambah lagi acting dari Sam dan Albert yang begitu
meyakinkan. Kalo mereka audisi acting rasanya bakal langsung keterima. Anyway,
my acting is also good. Apalagi kehadiran Franz dan Susan di film, yang
merupakan salah satu cowok dan cewek populer seantreo SMA Mentari jadi nilai
plus juga. Anyway, aku juga populer lho.
“Kita
merayakan keberhasilan kita mendapatkan nilai A dengan makan-makan di
kantiiin!” kata Andre bersemangat.
Maklumlah.
Dia yang terlihat paling berbahagia di antara kita semua karena bagi dia nilai
adalah segalanya. And also, he is a big eater. Singkat ceritanya kita sampai di
kantin dan ngobrol-ngobrol.
“Bert”
“Apaan
Cent?”
“Chris
cantik ya?”
“Dari
dulu”
“I
wonder apakah aku bisa jadi cowoknya”
Albert
diam sejenak dan berkata, “Bisa lah. Kamu akan udah punya modal. Tampang oke,
Jenius nomor 1 di SMA Mentari, apa yang kurang?”
“Mungkin
aku gak seberani dan sesupel kamu”
“Well,
itu bisa diperbaiki koq. Cin sini deh” kata Albert sambil memanggil Cynthia.
“Aku pingin tanya sama kamu. Kamu bisa jaga rahasia kan?”
“Tenang
Albert. Aku adalah penjaga rahasia nomor 1 di SMA Mentari. Aku kan tidak ember”
kata Cynthia dengan mantap, tapi aku dan Albert saling berpandangan dan menahan
ketawa.
“Chris,
dia suka apa?” tanya Albert
“Hmmm.
Apa ya? Rasanya dia suka semua deh. Coklat, baju-baju cute, sepatu merah, dan
oh! Aku tau apa yang paling dia suka. Pita rambut!”
“Pita
rambut???” tanya kita serempak.
“Well,
itu buat ngikat ponytail nya itu lhooo. Aduh cowok ini kagak ngerti cewek.
Hmmm. Buat apa yah kalian tanya itu atau.. Oh aku tau. Pasti salah satu di
antara kalian suka sama Chris yaa? Hayoo ngaku hayoo.”
“Sebenarnya
Cin, yang suka sama Chris itu sebe..”
Sialan
nih Abert ngapain juga dia kasih tau ke mulut terember seantreo SMA Mentari.
Anyway, that save my day. Chris gak perlu tahu tentang aku suka sama dia. For
now.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Vincent.
Tolong bantu aku memberi nama alkana yang satu ini. Apakah ini iso atau bukan?”
suara halus dan gentle ini membangunkan tidurku.
“Hah?
Udah istirahat, San?”
“Belum.
Ini masih latihan. Maaf kalau aku membangunkanmu. Tapi aku tidak bisa
mengerjakan ini.”
“Kenapa
gak tanya Chris atau Andre?”
“Aku..
sekalian membangunkanmu. Tidak baik kalau kamu tidur terus selama pelajaran.
Walaupun kamu pintar, jika kelakuanmu seperti ini terus... it’s not good”
“Well,
whatever. Let’s see. I think this is an iso... or not. Ini 1,2,3,3,5-pentametil
heptana. You see, rantai terpanjangnya adalah ini. Thus, this is not an iso.
Just another branch from the main. Ngerti?”
“Oh.
I see. Thankyou Vincent. I.. appreciate your help.
“UrWel”
“I...
have a request for you”
“And
that is..?”
“Would
you mind... kita bertanding tinggi-tinggian nilai?”
“Apa??
Tinggi-tinggian nilai??” sahut Andre ikut nimbrung pembicaraan kita.
“Apaan
nih tinggi-tinggian nilai?” Franz ikut nimbrung
“Wah.
Asyik nih kayaknya” Chris menambahkan “Ikutaaan dooonk”
“Semuanya
ikutan nih? Yakin bisa mengalahkan the Genius one, Vincent? Dan siapakah yang
mampu mengalahkan Vincent?? Anyone??” kata Albert dengan penuh semangat seperti
promotor tinju.
“Aaaah~
Whatever laah. In the end I always win” kataku sambil mencoba kembali
melanjutkan mimpi indahku.
“Well.
That’s what you think!!” Chris menggebrak mejaku. “Aku bisa buktikan kalau
rajin belajar bisa mengalahkan kejeniusan mu!”
“I...
too will participate.” Susan menambahkan.
“Jangan
lupakan aku dan Franz” Andre menyahut
“Anyway
let’s take a selfie first about this competition” kata Sam sambil menyiapkan
tongsisnya.
“Okay.
Siapa lagi yang mau bergabung dalam acara Kompetisi Mengalahkan Vincent, Child
of Prodigy???” Albert berkata-kata layaknya seorang promotor tinju. Sumpah, dia
cocok banget jadi promotor tinju, promotor yang ditinju maksudnya.
“Naaaah.
Kalo soal nilai kita pass deh.” kata Brian sambil menujuk dirinya dan Cynthia.
“Apaan
sih Yan. Lo aja kaleee yang gak bisa tanding nilai. Kalo aku sih bisa.
Jelek-jelekan nilai tapi. Ehehehehe” kata Cynthia sambil melet.
“Daaaaaaan.
Yang nilai nya paling rendah akan mentraktir kita semua!! Karena kalo yang
paling tinggi nilainya pastilah Vincent.” lanjut Albert.
“SETUJU!!!!”
kita semua serempak berkata
“Kali
ini, akan kubuat kamu yang traktir” kata Chris sambil melihat dengan sok sinis.
“Okei.
Good luck. You’ll need that” balasku dengan tatapan sok sinis juga.
Tanding
nilai dengan Chris? Not a bad idea. I hope she will defeat me. As you know, I
am fortunately having the greatest brain in SMA Mentari with IQ 172. It’s not
hard to study or doing test. Aku berharap supaya Chris bisa berusaha
mengalahkanku. And I don’t know, I hope I’ll lose to Chris. Hehehehe. But, from
that moment, something have bothered me. Kenapa Susan mengajakku untuk tanding
nilai in the first place.
Hasil
UAS semester genap, di mana kita bertanding tinggi-tinggian nilai, aku terkejut
melihat hasilnya. Chris jauh berada di atas Susan. It’s a little weird because
mereka kira-kira sama nilainya. Kadang Susan yang lebih tinggi, kadang Chris
yang lebih tinggi. Tapi hasil UAS ini Chris bisa mendekati nilaiku. And of
course aku berada di rangking 1. Harapanku gagal deh *hiks* Andre dan Franz
hanya bisa menggigit jari berada di rangking 4 dan 5. Sam dan Randy berada di posisi
tengah-tengah. Sedangkan Brian dan Cynthia berlomba-lomba menjadi rangking
terakhir di kelas. Setelah pengumuman, Randy mendatangiku.
“Cent.
Ini ada sulat.”
“Sulap?”
“Sulat”
“Sunat??”
“Sullllrrrat”
Actually,
I know dia bilang surat. Tapi dasar aku sedang ingin njahilin orang kujahilin
si Randy. Aku baca tuh sulat eh surat.
“Vincent.
Bisa temui aku di depan koperasi sekarang sehabis pulang sekolah besok? Ttd
Susan”
Susan?
Apa yang dia pikirkan? I know that she is a shy person. But, pake sulat eh
surat segala sambil nyuruh-nyuruh Randy. Aku panggil tuh Randy untuk
mendapatkan sedikit informasi dan “hiburan”.
“Ren
sini”
“Kenapa?”
“Ini
surat dari siapa?”
“Dali
Susan”
“Dia
ngomong apa aja ke kamu?”
“Dia
nda bilang apa-apa koq. Cuman nyuluh aku kasihkan sulatnya ke kamu.”
“Ah
yakin? Aku lihat kamu bohong tuh. Yang jujur donk”
“Aku
jujul koq”
“Kamu
belajar dong ngomong R”
“Udah
belajal koq. Ini aku bisa ngomong L”
“Itu
mah L. RRRRR”
“EELLL”
“VINCENT!!”
suara tinggi dibelakangku mengagetkanku.
“Kalo
kamu mau mbully Randy ajak-ajak donk” kata Albert disertai dengan Cynthia dan
Chris.
“Oh
ya. Silahkan bully Randy sesuka kalian.” jawabku. “Ren. Lain kali kamu kasih
tarif sewa bully aja ya”
“Buat
apa talif sewa bully? Aku kan jalang-jalang di bully”
“Jalang???
Pffft” kita semua menahan ketawa.
Anyway
pembicaraan ini jika dilanjutkan, tidak penting dan tidak jelas ke mana arahnya
juga terlalu banyak hal yang perlu disensor, terutama yang keluar dari mulut
Randy dan Cynthia. Lanjut saja keesokan harinya sepulang sekolah aku menemui
Susan tepat seperti yang dijelaskan di Susan.
“Hei
San. Udah lama nunggu aku”
“Nda
koq Cent. Aku barusan saja.”
“Ada
apaan nih?”
“Aku
mau tanya ke kamu Cent”
“Tanya
apa?”
“Aku....”
“Iyaa?”
“Aku..”
“San..”
“Iya?”
“Huffft..”
aku menghela nafas. “Kamu suka aku yah?”
Susan
hanya terdiam saja dan aku lihat pipinya memerah. Aaaaahh~ sudah kuduga dia mau
gini. Susan habisnya kelihatan banget modusin aku. Pake surat menyurat segala
lagi. Yeah. Susan is an old-fashioned one. Nyatakan cinta pake surat. Bikin
geli kalo aku ingat-ingat sekarang. Hihihihi.
“Susan.
Sorry. But I have a girl that I like. Actually, I really like you. You are
beautiful, charming, gentle, smart, like a mainstream perfect girl. I just
happened like that girl more”
“Is
she Chris?”
“You
know?”
“Yeah”
“How
long?”
“Since
you met her”
“That
long?”
“Mm-hmm.
I watch you everyday. I watch how you watch Chris. It’s... different when you
watch me. It’s frustating you know Vincent, being not able to love someone you
love.”
Aku
mendengar suara Susan sudah mulai bergetar. Apakah aku harus jadian sama Susan?
No. Itu hanya karena aku mengasihaninya. Memang aku suka Susan. Tapi hatiku
tertuju pada Chris. If I love Susan, it’s better to say no.
“Sorry
Susan. The answer is no. I hope you’ll find a better person” segera setelah aku
mengucapkan kalimat itu, Susan menangis dan hujan turun. Sial banget kenapa
bisa pas kayak di sinetron atau di film waktu cinta nya ditolak. Susan berjalan
keluar, rambut dan bajunya basah terkena hujan saat itu. Air mata nya tak
terlihat karena sudah bercampur dengan hujan. Dia berjalan keluar dari sekolah
sambil menangis, bahkan langit pun ikut menangis seolah mengerti kepedihan hati
sang bidadari SMA Mentari tersebut. Kayak di film-film aja nih, but that’s
really happened. Dia keluar berjalan perlahan di tengah guyuran air hujan. Buka
karena dia putus asa karena cintanya di tolak, tapi karena dia sudah dijemput
dan dia gak bawa payung hari itu.
But
I don’t know. Sejak hari itu, dia, Susan maksudnya, terlihat lebih ceria dan
lebih lepas. Kegiatan POS (Pekan Olahraga Sekolah), yang biasa diadakan setelah
UAS, dia ikuti dengan riang. Mungkin karena beban di hatinya sudah hilang. Aku
hanya bisa berdoa dan berharap kalo dia bisa move on dari aku dan supaya aku
jadian sama Chris. Hehehehe. I hope she will find a better person.
Oh iya, FYI,
sejak Chris PM ke aku tentang mau latihan di rumah ku, aku keep contact terus
lewat chatting LINE sama dia hingga kelas 2 SMA. Walaupun terkadang agak geje
karena isi chatnya “hahahaha” atau “hehehehe” doank selama beberapa menit,
chatting dengan Chris adalah salah satu hal yang terindah dalam hidupku. Hingga
suatu saat di hari Minggu abis aku pulang dari gereja, kita chatting.
“Udah
pulang gereja Cent?”
“Udah
lah. Ini lagi jalan di Mall sama keluarga. Ini kan jam 11.30, koq kamu gak ke
gereja?”
“Ini
lagi di gereja bosen sama firmannya. It’s suck”
“Woi,
Gak boleh gitu. Dengerin firmannya semembosankan apapun.”
“Iyaaa
deeeh”
“Okok.
Selamat mendengarkan firman yang membosankan itu *peace*”
“Eh
Cent”
“Apaan
lagi”
“Aku
mau tanya”
“Tanya
apaan”
“Kamu
ada suka sama cewek gak”
“Haaaaah???”
“Seriusan.
Jawab doonk”
“Okedeh.
Nanti aja kalo kamu udah pulang gereja.”
“Okidoki”
Apaan
juga sih Chris tiba-tiba tanya gitu. Aneh banget. Gak kayak biasanya dia tanya
gitu-gitu ke aku. Ya meskipun kita sering curhat-curhatan, bertukar pikiran,
hingga berdebat, itu adalah pertanyaan teraneh sejak bertemu dengan Chris
hingga samapai aku kelas 2 SMA ini. Aku tidak menduga apapun dari pertanyaan
Chris ini. Anyway, aku, Chris, Susan, Cynthia, dan Albert sekelas di kelas 2
SMA ini. Di tengah kebingungan itu, aku nge Line si Andre.
“Ndre.
Chris tanya siapa cewek yang ku suka”
“Apa??”
“Siapa
cewek yang ku suka. Ya elah masa perlu ku ulang lagi pertanyaannya”
“Wah.
Tanda-tanda tuh kayaknya Cent”
“Tanda-tanda
apaan?”
“Tanda-tanda
kalo dia suka sama kamu”
“Eh
seriusan :O”
“Serius.
Aku juga pernah tanya ke Chris dan responnya positif ke kamu. Dia udah mulai
timbul rasa suka ke kamu akibat kamu terus chattingan sama dia”
“Yahuii!!!
Now, what do I do??”
Aku
bersorak kegirangan dalam hati. Ah, God answers my prayer. Praise God!!
Tiba-tiba ada satu chat lagi masuk ke hape ku. Dari Chris!!
“Udah
selesai gereja nih. Jawab donk pertanyaanku.”
“Pertanyaan
apa yah?”
“Gak
usah pura-pura bego lo. Wkwk. Liat di atas sono”
“Hehehehe”
“Eh
malah ketawa doank. Siapa? Ayo ngaku”
“Koq
kamu tiba-tiba tanya gini Chris?”
“Jawab
pertanyaanku dulu, baru kujawab pertanyaanmu *devil*”
“Aaaah~
okeilah”
“Kalo
kesulitan, jawab dulu berapa orang yang kamu sukai saat ini”
“Mmmmmm.
Ada 2 orang.” hatiku berdetak kencang.
“Siapaaa??”
“Susan”
“Okei.
Satu lagi?”
“Hmmm”
hatiku berdetak sangat kencang hingga mau copot.
“Satu
lagi???”
“Lo
Chris”
“Hah???????”
“Iya
Chris. Gue suka sama lo. Dari pertama kali gue ketemu sama lo. Lo yang memikat
mata dan hati gue. Mau gak lo jadi pacar gue?”
“..........”
Setelah
ngomong itu, hatiku rasanya udah copot dari dadaku. Wow. What did I do? Tadi
aku ngetik apa ya di Hape. Aku lihat lagi hapeku. OMG!!! Aku nembak Chris.
What??? Aku nembak Chris??? Aku yang blom pernah nembak cewek, bisa nembak
Chris yang aku idamkan sejak kelas 1 SMA. Wait. Is this a dream or what? Aku
lihat hapeku, aku cubit tanganku. Sakit koq. It’s not a dream!!! IT’S REAL!!!!
WOW!!!! Aku nembak Chris. Wait, how come aku bisa nembak Chris?? Kalo lo tanya
ke gue sampai sekarang gue juga kagak ngerti. Let it flow laah~ Tapi Chris
cuman nge read doank gak dibales. I wonder dia shock dengan pernyataan
tersebut... or not??? Langsung aku kabarin Andre.
“Ndre.
Aku habis nembak Chris”
“WHAT???!!!!???!!!
KAPAN????”
“Barusan”
“Lo
GILA Cent. Sumpah. BEGO banget lo”
“Hah?
I... don’t quite understand”
“Jangan
ditembak dulu lah. Kamu tunggu dulu harusnya, susun strategi dan tembak di
waktu yang pas.”
“Jadi....
aku salah donk”
“Salah!!”
“Terus
aku harus gimana? Aku bilang ke Chris lupakan yang barusan?”
“NO
WAY!! Itu tambah bikin kamu kelihatan main-main. Ya sudah, tunggu aja reaksinya
gimana. Yang terjadi biarlah terjadi”
Aku
hanya bisa menunggu balasan dari Chris. Perasaanku campur aduk antara bingung,
senang, deg-degan, kesal, takut, ramai rasanya kayak nano-nano. Dan setelah
sekian lama bunyi LINE yang khas yang kutunggu-tunggu muncul. Chris ternyata.
“Cent”
“Iya?”
“Kamu
serius?”
“Iya.”
“Aku
belom tau. Dan tidak bisa memberikan jawaban sekarang. Aku harus berdiskusi
dulu dengan kedua orangtuaku. I need time.”
“I
know. It’s okay. Just keep praying about us.”
“Certainly.
Thankyou for loving me Cent”
“Thankyou
for being loved by me. I love you Chris”
Jawabannya
ternyata seperti yang sudah aku duga. Chris adalah anak alim yang nurut dengan
orang tua. Apapun yang dia lakukan selalu didiskusikan dulu dengan orang tua,
termasuk membuka online shop yang baru dia rintis beberapa bulan belakangan.
Kita berdua dengan sabar saling mendoakan dan bergumul tentang hubungan kita
sampai suatu ketika.
“Cent!
Vincent!!!”
Teriakan
itu membangunkan aku yang tidur selama jam pelajaran. Suara kecil khas yang
melengking tinggi ini pasti si mulut ember Cynthia.
“VINCENT!!!
Albert. Albert, Cent!!”
“Kenapa
Albert?”
“Albert,
Cent!!!!”
“Iya
kenapa Albert? Mati dia? Syukurlah kalo dia mati”
“Eh.
Jahat banget pek. Albert, Cent. Dia nembak Chris!!!”
Rasanya
seperti ada rudalnya Israel memborbardir hatiku. Aku yang sebelumnya matanya
cuman 5 watt, sekarang udah jadi 5 mega watt. Aku langsung berdiri dari bangku
ku dan keluar dari kelas meninggalkan Cynthia yang hanya melongo. Segera aku
mencari Albert dan tangan ku sudah mengepal dengan keras siap meluncurkan bogem
mentah ke muka si sialan satu itu. Tapi entah kenapa aku diam dan terhenti
sejenak. Aku mengingat kembali kejadianku dengan Susan. Susan merelakan aku
yang diambil oleh sahabatnya, Chris. Why cann’t I do the same? Untuknya IQ ku
172 bisa menghentikan gejolak amarahku. Stimulus dan rangsangan neuron-neuron
di otakku membuatku membayangkan beberapa langkah ke depan yang mungkin terjadi
jika bogem mentahku mendarat di muka si Albert. Aku berbalik arah ke kelas dan
duduk di tempatku, tepat di samping Cynthia yang masih melongo.
“Cepat
banget kamu Cent?”
“Cepat
apanya Cin?”
“Cepat
banget ngehajar Albert”
“Gue
gak jadi ngehajar dia, kagak ada guna juga. Menghabiskan energi aja”
“Bener
ternyata kamu emang orangnya calm banget. Bisa berpikir jernih. Ada guna juga
kepalamu yang gedhe ini” kata Cynthia sambil menepuk-nepuk kepalaku.
“Mana
Chris?”
“Lagi
jalan dia sama Albert. Lo tau gak Cent tadi mereka ja...”
“Cin.
Plis. Diam sebentar bisa. Lagi senggol bacok mode on nih”
Cynthia
pun pergi meninggalkanku yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.
Albert, my best friend. I mean my SUPER BEST FRIEND. Astaga, orang ternyata
bisa berubah, hanya Tuhan yang tidak berubah. Aku langsung berdoa curhat sama
Tuhan. Waktu kubuka mataku, aku melihat Chris sudah ada disampingku. Aku ingin
bertanya apa yang terjadi, tapi sungkan. Kuurungkan niatku dengan memejamkan
mata kembali. Bukan untuk berdoa, tapi untuk tidur.
“Cent.
Bangun”
Aku
buka mataku, dan kulihat sosok metroseksual yang aku kenal sejak SMP berada
didepanku dengan tas yang sudah dipakai.
“Udah
mau pulang”
“Iya.
Kamu bisa ikut aku sebentar gak jalan-jalan”
“Ke
mana?”
“Jalan-jalan
pokoknya”
“Okedeh”
Akhirnya
aku diajak jalan sama Albert dengan motor Supra X nya. Gak keren yah penampilan
metroseksual tapi tunggangannya motor bebek Supra X. Wkwkwkwk.
“Cent.
Lo tau gimana rasanya ditolak?” setelah mengucapkan itu Albert menghentikan
motornya di lapangan kosong.
“Kagak.
Kalo rasanya nolak aku tau”
“Rasanya
itu kayak gini. BUUAAAK!!!” Albert meninju hidungku.
“APAAN
sih lo Bert???”
Albert
memberdirikan aku kemudian melepaskan bogemnya lagi ke aku.
“Lo
tau gak Cent??? Gue ditolak sama Chris???”
“TERUS???
NGAPAIN JUGA LO NGGEBUKIN GUE???” teriakku dan aku pun membalas bogeman Albert
ke mulutnya.
“GUE
DITOLAK GARA-GARA BEDA AGAMA!!!” Albert mulai menangis. “Gue iri sama lo.
Kenapa lo agamanya sama dengan dia???”
“Pindah
agama aja kenapa???”
“GAK
BISA. Gue bakal gak dianggep anak sama keluarga gue. Diusir. BUKAN SALAH GUE
juga keluarga GUE kayak gini. KENAPA????” dengan frustasi dia membogem pipi
kananku. “GUE SUKA SAMA CHRIS!!!!!”
“Lo
marah sama keluarga lo kenapa gue yang dibogem??? FINE!!! Hajar gue semau
lo!!!” teriakku yang aslinya sih gak bisa berkelahi makanya pasrah aja aku
dihajar. Setelah itu Albert duduk dan tidak menghajarku. Kita berdiam-diaman
selama beberapa menit yang aslinya gak bisa ngomong gara-gara kesakitan.
“Gue
suka sama Chris, Cent. Sorry kalo gue gak ngomong ini ke lo”
“Kalo
gue jadi lo, gue bakalan ngelakuin yg sama koq”
“Nahan
rasa suka ke orang yang disukai sama sahabat lo itu susah banget tau. Puncaknya
tadi, gue nembak Chris akhirnya”
“Dah
ngerti gue dari Cynthia”
“HAHAHAHA.
Lucu ya. Gue bisa seneng sama cewek lo.”
“Baguslah.
Tandanya lo gak homo”
“Asem
lo”
“We
just happened to love a same person”
“Yeah”
“Lo
mau lanjut Bert? Soal agama itu beneran lo gak mau pindah? Jadi Kristen enak
lho. Surga langsung dijamin”
“Enakan
jadi Budha bisa reinkarnasi. Seru lho”
“Males
ah hidup di dunia ini berkali-kali. Mending enak sekali aja langsung masuk
surga”
“Gue
hanya concern sama keluarga. Bagaimana nasib mereka kalo gue anak satu-satunya,
gak berhasil menurut mereka. Mungkin gue gak punya keberanian untuk pindah”
“Gue gak nyuruh lo pindah agama, cuman percaya
Yesus sebagai juruselamat aja.” “Yah.
Sama aja kaliiiii. Next time deh kalo keberanian gue udah cukup.”
“Ah
cemen lo. Laki apa bencong lo?”
“Bencong
deh gue”
“Bacot
lo”
“Untuk
sementara, gue masih percaya reinkarnasi, moga-moga di kehidupan selanjutnya
gue dapet yang kayak Chris”
“Gak
usah nunggu next time deh. Lo terima Yesus sekarang dan bakalan dapet yang
jauuuuh lebih baik dari seorang Chris doank. Yesus itu sendiri”
“Next
time lah”
“Well,
your decision anyway”
Setelah
mengucapkan itu kita pulang dengan lebam-lebam di muka. Sampai aku takut
menjelaskan apa yang terjadi sama ortu. Dikira nanti gue habis ikut tawuran apa
gimana. Untungnya mereka memaklumi koq soalnya aku “hanya” berkelahi dengan
Albert.
“Muka
lo kenapa Cent?” tanya Chris yang heran ngelihat mukaku
“Ketatap
kulkas” aku jawab sambil ngacir
Aku
berusaha menghindari Chris dan berusaha menjauhi Chris. Aku gak mau kehilangan
sahabat gue hanya karena cewek seorang. Mungkin ini adalah jawaban Tuhan bagi
aku, yaitu NO. Aku harus memilih yang benar, yaitu aku memilih sahabatku. Hari
itu, aku terlihat banget gak kayak biasanya, aku cuek sama Chris.
“Cent.
Kamu kenapa sama Chris? Lagi marahan?” Susan bertanya.
“Gapapa
San. Gue habis berantem sama Albert gara-gara Chris”
“Berantem?
Kalian kan best friend, bisa sampai gitu. Cerita donk”
Aku
menceritakan semuanya ke Susan. Btw, sejak aku menolak Susan, dia sekarang jadi
BF ku lhooo. Aku kalo ada apa-apa sering cerita ke Susan. Begitu pula
sebaliknya, dia sering cerita-cerita ke aku termasuk cerita kalo dia ternyata
jatuh hati sama si Franz. Dalam hatiku aku sedikit ngomel cepat banget nih anak
move on. Wkwkwkwk. Asyik banget ternyata ngobrol sama Susan. Ternyata, dibalik
sifat nya yang gentle dan pemalu, ternyata dia bijaksana dan tenang juga
orangnya. Kayak cece ku sekarang dia itu.
Back
to topic, setelah kuceritakan semuanya ke Susan, datanglah Albert. Dia
mengambil duduk di depanku dan berkata.
“Lo
koq nyuekin Chris sih?”
“Ini
jawaban gue”
“Jawaban
apaan?? Lo mabok apa?”
“Jawaban
gue ke Chris. Gue gak mau kehilangan lo gara-gara cewek doank. Mungkin saat ini
Chris bukan yang terbaik buat gue.”
“Ya
elah broooo. Gue lagi berusaha move on dari Chris ini. Gue sayang sama Chris
sehingga gue ngerti, lo adalah orang yang tepat buat Chris, bukan gue. Gue rela
lo jadian sama Chris. Suatu saat lo akan ngerti, jika lo sayang sama seseorang,
lo bakal berdoa dan berharap yang terbaik bagi orang yang lo sayang itu.
Meskipun bukan lo yang jadian sama orang yang lo sayang itu. Iya kan San?” kata
Albert sambil mengedipkan mata ke Susan dan Susan membalas Albert dengan senyum
dan anggukkan.
“Aku
gak mudeng sama yang kalian bicarakan”
“Aduh
Cent otak IQ 172 emang gak guna untuk urusan cinta” kata Albert sambil tertawa
terbahak-bahak dan Susan pun ikut tertawa. Semetara aku hanya melongo.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Cent.
Foto yuk”
“Foto
apaan lagi Chris”
“Foto
aku gandengan sama kamu di rumah kaca itu. Ini aku udah minjem tongsis nya Sam.
Tee-hee”
“Chris.
Jangan sekali-kali kamu bilang ‘Tee-hee’ dengan rambut ponytail dan kacamatamu.
Aku bisa pingsan karena Cuteness Overload”
“Ah,
bisa aja kamu Cent”
Kita
akhirnya masuk ke rumah kaca itu dan baru keluar setengah jam kemudian karena
sibuk foto-foto dengan seluruh kaca dan cermin yang ada. Membuat 8 orang
lainnya menunggu hingga bosan di luar rumah kaca.
“Ciyeeee.
Mentang-mentang udah 9 bulan jadian, rumah kaca serasa milik sendiri.
Buahahahaha” kata Cynthia dengan lantang.
Btw,
4 bulan setelah aku menyatakan cinta ke
Chris, 2 bulan setelah aku berkelahi sama Albert, aku dan Chris jadian.
Ternyata jawaban Tuhan adalah Yes!!! Ternyata Tuhan cuman mau nguji
kesetiaanku. Penantian 4 bulan rasanya tidak sia-sia karena berujung manis, aku
dan Chris jadian.
“Ayo
habis ini mau main ke mana lagi?” tanya Albert dengan semangat.
“Rumah
hantu aja” Brian usul
“Jangan
rumah hantu, adanya malah hantunya diomelin sama Cynthia” kata Franz
“Enak
aja. Lo kira gue bisa ngomel ke hantu apa? Hantu kan serem. Hiiiyyy. Katanya
mereka punya telinga di mana-mana. Termasuk di sini. Jadi gue gak bisa ngomelin
tuh hantu. Lagian aku kan cewek lemah tak berdaya yang takut akan hantu” jawan
Cynthia
“Jangan
rumah hantu juga. Kita gak bisa foto-foto. Gelap” Sam menambahkan
“Aku
sih terserah kalian. Yang penting kalian senang.” kata Susan.
“Tambah
mirip ibu-ibu aja kamu San” celoteh Chris
“Mulai
sekarang kita panggi Susan dengan sebutan MAMI!!!” teriakku dengan semangat.
“PAPI nya Andre aja”
“Ya
keleus gue jadi Papi. Gue masih terlalu muda buat jadi Papi” sanggah Andre
“Dalipada
libut begini mendingan kita main lollel coastel aja.” kayaknya kalimat ini gak
usah aku sebutin siapa yang bilang kalian udah pada tau.
“LOLlel
coastel????? LOL!!!” kita tertawa terbahak-bahak setiap kali Landy eh Randy
berbicara dengan pelatnya.
Anyway,
it’s a happy ending for this story. Di taman hiburan tersebut aku membuat
kalung berukiran “Vincent <3 Chris 4ever” I just hope this necklace will
last forever like our love. Thanks God for bring me this wonderful girl.
Thankyou for make me able to love each other. I love you, Chris. :*